Selasa, 19 Juli 2016

Perjuangan Jomblo tapi Toleran

   
Foto dari alienco.net

      Dalam dunia hewan ada yang namanya musim kawin, kalau di dunia manusia ada yang namanya bulan Syawal. Benar sekali, pada bulan ini terop-terop didirikan. Kabar nikah terdengar. Undangan tersebar di mana-mana. Karena katanya bulan ini adalah bulan penuh berkah (untuk kawin) dan bulan yang sangat tepat untuk menunjukan jati diri seorang jomblo, yang mana Jomblo tapi Toleran.

“Dia nikah loh
Dia sudah punya momongan loh
Dia sudah nggendong anaknya mantan loh!” *Krik
      
      Seperti yang sudah pernah saya posting di Instagram kemarin, saya mendapat beberapa undangan menghadiri mantenan, disusul dengan beberapa kabar saya terima akan ada kawan yang nikah. Sebagai seorang yang jomblo flamboyan, ehm maaf Gus Mul saya tidak hendak meniru istilah sampean loh, saya cukup toleran menghadapi keadaan ini. Flamboyan di sini adalah seorang yang menempatkan diri sebagai obyek dalam hal asmara. Dan sampai saat ini masih menunggu. muni ae jomblo rapayu jon.

      Bentuk toleransi tersebut saya buktikan dengan tidak menganggu ritual pernikahan kawan-kawan saya. Seperti mendoakan agar hujan turun layaknya adat klasik para jomblo-jomblo saat malam Minggu hingga dengan merubuhkan terop seperti di gambar meme yang tersebar. Terlalu ekstrim jika saya lakukan hal itu. Toh jikalau sampai berurusan dengan pak pulisi, saya bisa mendapat catatan merah. Pupus sudah harapan mulia saya jadi PNS.

      Terkadang saya harusnya berterimakasih kepada kawan saya yang hanya memberi kabar pernikahannya tanpa memberi sepucuk surat undangan. Iya, Tidak ada kewajiban hadir dan ehm ngamplopi. Cukup doa beserta kata-kata samawa yang dikirimkan lewat sosial media. Bukan bermaksud menjadi sangat perhitungan, toh mata pelajaran hitung-hitungan saya warnanya oranye yang artinya hampir merah. Tapi coba kita cermati lagi, kabarnya kawan saya yang nikah jumlahnya ada tiga bahkan lebih. Itu belum yang saya dapat undangan. Belum lagi sakitnya ditinggal kawan nikah yang rasanya seperti saat Rossi diselip Marquez. Masalahnya bayaran seorang layouter lepas yang tanpa penyemangat pun tidak cukup untuk mengamplopi para anak adam dan hawa yang akan mengarungi bahtera rumah tangga ini. Apalagi kemarin habis mundur dari salah satu penerbit gara-gara pihaknya sudah tidak mengambil pekerja lepas. Ngenes.
     
      Dalam toleransi ini saya tidak berharap timbal balik. Saya juga  enggak bilang ikhlas, karena surat Al-ikhlas tidak ada kata ikhlasnya. Tetapi setidaknya apakah sampean-sampean mboten pengertian kepada koloni-koloni yang rapuh ini? Meski Jomblo yang Toleran kiranya tidak akan sepadan dengan Jomblo tapi Hafal Pancasila.

______
Mohammad Iqbal mengucapkan Semoga Sakinah Mawadah Warrohmah kawan-kawanku yang akan lebih dulu mengarungi bahtera rumah tangga. Pesenku nek ono amplop seng jenengku, ojo bukak neng jobo. Saru.
"Kalau ada amplop yang ada nama saya, jangan dibuka di luar. Tabu."



0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.