Pendidikan
dalam pesantren mempunyai tradisi yang berbeda dengan pendidikan formal. Dari
sisi moralitas, seorang yang nyantri di
pesantren akan ditekan secara penuh. Contoh kecil saja, ketika di kota-kota
besar seperti yang saya tinggali yaitu Surabaya, akan jarang ditemui praktik
yang mencerminkan perilaku hormat kepada seorang yang telah memberikan ilmu.
Tetapi hal itu saya temui di pesantren saya di Surabaya. Bahkan santri
sungkan-sungkan untuk lewat di depan ustadz atau kyainya. Hingga merapikan alas
kaki ustadz atau kyai pun dilakukan oleh santri.
Boleh
dikatakan akan ada perbedaan 180 derajat jika kita membandingkan pendidikan
pesantren dengan pendidikan formal. Tanggung jawab moral belum ada dalam
institusi pendidikan ini. Pendidikan formal lebih menekankan pengetahuan umum
saja. Akan masih berbeda meskipun dalam pendidikan formal sudah dimasukan juga
unsur keagamaan karena dalam kesehariaannya tidak langsung dipraktikan.
Meskipun
dewasa ini masih ada pesantren yang hanya berfokus dalam pendidikan yang
berkaitan dengan agama saja tanpa memperkenalkan ilmu umum kepada santrinya,
namun sudah ada juga pesantren yang membangun iklim literasi dalam
lingkungannya. Tradisi pesantren harus dijaga tetapi pesantren juga harus lebih
terbuka. Pesantren mempunyai tanggung jawab “proteksi dan proyeksi”. Mempertahankan
karakter kesantrian dan menerima hal-hal baru untuk kemajuan. Maka dari itu
Hari Santri Nasional sebagai simbolis atas jasa pesantren dalam pembangunan
moral bangsa.