Rabu, 24 Mei 2017

Gang yang Tak Selebar Namanya

Banyak muda-mudi berjalan lalu-lalang di jalan ini. Tepat di belakang kampus UINSA ini juga bisa ditemukan tempat yang menyediakan apapun kebutuhan mahasiswa. Mulai dari konter pulsa, warung makanan, angkringan, kontrakan, hingga kosan. Mahasiswa yang berkantong ngepas plus anak rantau pasti akan tahu grid tempat-tempat tersebut sesuai dengan harga. Paling murah hingga paling mahal.
                Nama tempat ini adalah Gang Lebar. Tepatnya bukan sebuah tempat, namun sebuah gang yang tak cukup lebar seperti namanya dan menjadi titik temu dari gang-gang yang lain. Boleh jika disebutkan mulai dari ujung selatan ada Gg. 1, Gg. Masjid, Gg. Iain, Gg. Muayad, Gg. Dosen, Gg. Sunan Ampel, dan masih banyak lagi.
                Setiap mahasiswa UINSA pasti punya tempat favorit di gang lebar. Saya pun demikian. Kalau tempat makan ada di Warung Sederhana (WS) yang terletak di depan Gg. VIII dan depan Gg. Dosen. Konon katanya warung ini ada di tiga tempat di sekitar UIN. Selain warung tersebut, ada lagi yang lebih dekat dengan kocek. Warung tersebut diambil dari nama pemiliknya “Sri”. Berada di Gg. Modin dekat pondok An-Nur, tempat makan yang juga menyediakan air putih gratis ini biasa dikenal dengan “Warung Mak Sri”.
                Itulah sekelumit dunia perbadokan yang saya tahu di Gg. Lebar. Biasanya kalau tanggal tua saya lebih memilih masak nasi di Rumah Lembab 23A. Kemudian lauknya dengan biaya swadaya penghuni rumah. Terbukti lebih sesuai dengan kantong tanggal tua. Haha.
                Gg. Lebar ini belum saya ketahui pasti kapan diresmikan. Mungkin juga kan wali kota tempo dulu merakyat banget sehingga meluangkan waktu untuk meresmikan gang ini. Toh juga gang ini sebegitu kerennya sampai-sampai menghubungkan Sunan Ampel, IAIN, Modin, K. Zubair, hingga Dosen (Baca: Gang). Gg. Lebar ini ramai jika hari aktif kuliah karena sebagai akses utama mahasiswa keluar masuk kampus melalui jalur belakang UINSA yang hanya ada 1— Gg. Dosen.
                Namun sayangnya, Gg. Lebar yang tak selebar namanya ini perlu dikonsep ulang. Dari kerapian kios-kios serta tempat parkirnya. Kerindangan. Kebersihan. Serta Keteraturan lalu-lintas. Hal yang paling saya soroti di sini lalu-lintas kendaraan yang masih belum teratur. Banyak mobil-mobil pribadi, taksi, dan yang paling parah adalah truk melewati gang ini di jam-jam kerja. Macet akan mulai tampak setelah itu. Memang bisa dikatakan potong kompas ketika lewat Gg. Lebar. Mobil dari arah Rungkut dst. bisa langsung menuju Margorejo tanpa putar balik lewat Taman Pelangi.
                Namun hal itu sangat merugikan pengguna gang ini. Macet tersebut mengganggu aktivitas pengguna Gg. Lebar. Baik mahasiswa dengan aktivitasnya maupun warga setempat juga. Bahkan hingga sampai saling meluapkan kemarahan atas kemacetan tersebut dengan ujaran-ujaran khas Suroboyoan. Meski sudah biasa kemacetan menghiasi Surabaya. Namun kemacetan versi Gg. Lebar ini bisa diatasi dengan menetapkan aturan supaya hanya roda 2 yang bisa melewati Gg. Lebar ini di jam kerja. Karena Gg. Lebar sudah tak lagi selebar namanya.


Surabaya, 24 Mei 2017
Rumah Lembab 23A
Diberdayakan oleh Blogger.