Banyak
muda-mudi berjalan lalu-lalang di jalan ini. Tepat di belakang kampus UINSA ini
juga bisa ditemukan tempat yang menyediakan apapun kebutuhan mahasiswa. Mulai
dari konter pulsa, warung makanan, angkringan, kontrakan, hingga kosan.
Mahasiswa yang berkantong ngepas plus anak rantau pasti akan tahu grid tempat-tempat
tersebut sesuai dengan harga. Paling murah hingga paling mahal.
Nama
tempat ini adalah Gang Lebar. Tepatnya bukan sebuah tempat, namun sebuah gang
yang tak cukup lebar seperti namanya dan menjadi titik temu dari gang-gang yang
lain. Boleh jika disebutkan mulai dari ujung selatan ada Gg. 1, Gg. Masjid, Gg.
Iain, Gg. Muayad, Gg. Dosen, Gg. Sunan Ampel, dan masih banyak lagi.
Setiap
mahasiswa UINSA pasti punya tempat favorit di gang lebar. Saya pun demikian.
Kalau tempat makan ada di Warung Sederhana (WS) yang terletak di depan Gg. VIII
dan depan Gg. Dosen. Konon katanya warung ini ada di tiga tempat di sekitar
UIN. Selain warung tersebut, ada lagi yang lebih dekat dengan kocek.
Warung tersebut diambil dari nama pemiliknya “Sri”. Berada di Gg. Modin dekat
pondok An-Nur, tempat makan yang juga menyediakan air putih gratis ini biasa
dikenal dengan “Warung Mak Sri”.
Itulah
sekelumit dunia perbadokan yang saya tahu di Gg. Lebar. Biasanya kalau
tanggal tua saya lebih memilih masak nasi di Rumah Lembab 23A. Kemudian lauknya
dengan biaya swadaya penghuni rumah. Terbukti lebih sesuai dengan kantong
tanggal tua. Haha.
Gg.
Lebar ini belum saya ketahui pasti kapan diresmikan. Mungkin juga kan wali kota
tempo dulu merakyat banget sehingga meluangkan waktu untuk meresmikan gang ini.
Toh juga gang ini sebegitu kerennya sampai-sampai menghubungkan Sunan Ampel,
IAIN, Modin, K. Zubair, hingga Dosen (Baca: Gang). Gg. Lebar ini ramai jika
hari aktif kuliah karena sebagai akses utama mahasiswa keluar masuk kampus melalui
jalur belakang UINSA yang hanya ada 1— Gg. Dosen.
Namun
sayangnya, Gg. Lebar yang tak selebar namanya ini perlu dikonsep ulang. Dari
kerapian kios-kios serta tempat parkirnya. Kerindangan. Kebersihan. Serta Keteraturan
lalu-lintas. Hal yang paling saya soroti di sini lalu-lintas kendaraan yang masih
belum teratur. Banyak mobil-mobil pribadi, taksi, dan yang paling parah adalah
truk melewati gang ini di jam-jam kerja. Macet akan mulai tampak setelah itu. Memang
bisa dikatakan potong kompas ketika lewat Gg. Lebar. Mobil dari arah Rungkut
dst. bisa langsung menuju Margorejo tanpa putar balik lewat Taman Pelangi.
Namun
hal itu sangat merugikan pengguna gang ini. Macet tersebut mengganggu aktivitas
pengguna Gg. Lebar. Baik mahasiswa dengan aktivitasnya maupun warga setempat
juga. Bahkan hingga sampai saling meluapkan kemarahan atas kemacetan tersebut
dengan ujaran-ujaran khas Suroboyoan. Meski sudah biasa kemacetan menghiasi
Surabaya. Namun kemacetan versi Gg. Lebar ini bisa diatasi dengan menetapkan
aturan supaya hanya roda 2 yang bisa melewati Gg. Lebar ini di jam kerja. Karena
Gg. Lebar sudah tak lagi selebar namanya.
Surabaya, 24 Mei 2017
Rumah Lembab 23A