Dokumen MTs. Banin tahun 2007 (Kegiatan belajar mengajar satu gedung, Banin Siang, Banat sore) |
Saat itu nenek nyamperin dan bilang kalau Yayasan Sunnatunnur lagi melakukan rekap data. Nenekku salah satu orang yang bisa dikatakan sepuh (Jawa: tua) di sana dan secara langsung juga ikut membantu merintis MTs. Islamiyah Banat di Yayasan itu. So, beliau bertanggung jawab untuk menceritakan. Bagaimana sih asal muasal berdirinya sekolah tersebut.
Check this out_______
Sejarah Dirintisnya MTs. Islamiyah
Banat
Pada awal dekade 1960-an salah seorang putri dari
pasangan KH. Masyhuri dan Hj. St. Aminah yang bernama Rufiati kembali ke tanah
kelahirannya yaitu Senori Tuban setelah beberapa tahun melewati proses menuntut
ilmu di Solo Jawa Tengah. Putri ke-4 dari 13 bersaudara ini merasa iba
terhadapan kondisi pendidikan dikala itu. Banyak anak-anak perempuan yang menganggur
dan tidak melanjutkan sekolahnya setelah lulus dari Madrasah Ibtidaiyah (MI)
karena memang saat itu belum ada sekolah lanjutan untuk perempuan seperti
jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Senori, yang ada hanya Madrasah
Tsanawiyah Islamiyah Banin yang berarti hanya untuk laki-laki.
Perasaan iba terhadap anak-anak perempuan yang dirasakan
Istri dari H. Masyhudi saat itu melatar belakangi dirintisnya jenjang lanjutan
pasca sekolah MI. Awal mula sekolah itu dibuka, anak-anak masih belum mau masuk
dan melanjutkan sekolah, mereka malu karena merasa sudah besar.
Di sisi lain, Ibu Mukarromah kakak
kandung Ibu Rufiati Istri K. Chudlori mempunyai ide setelah melihat banyak anak
yang masih malu untuk sekolah. Ide beliau adalah ikut berangkat sekolah meski
sudah mempunyai anak, bahkan beliau sambil menggendong anaknya di sekolah. Pada
akhirnya, aksi beliau ini dapat menarik minat anak-anak perempuan untuk tidak
malu melanjutkan sekolah.
Selang beberapa waktu kemudian setelah banyak lulusan
MI yang meneruskan sekolah, Ibu Rufiati berinisiatif memberi nama sekolah
lanjutan tersebut. Beliau mengajak ayahandanya KH. Masyhuri, mbah Muslimah Istri dari K. Nur Salim,
K. Chudlori, dan K. Nur Syahid untuk bermusyawarah membahas nama sekaligus membentuk
struktur kepemimpinan sekolah tersebut.
Ibu Rufiati mengajukan sebuah nama untuk sekolah
lanjutan tersebut dalam musyawarah yang telah diadakan. Beliau mengajukan nama Mualimat yang mana diambil dari nama
sekolah yang pernah ditempuhnya sekitar 4 tahun di Solo dan akhirnya nama Mualimat ini diterima oleh semua anggota
musyawaroh. Kurikulum Mualimat pun
sama dengan kurikulum sekolah yang pernah ditempuh Ibu Rufiati saat di Solo.
Selain itu, dalam musyawarah ini diputuskan juga struktur kepemimpinan Mualimat. Struktur kepemimpinannya
adalah Penasehat : KH. Masyhuri, Kepala Sekolah : K. Chudlori, Sekretaris :
Mukarromah, dan Bendahara : Muslimah. Adapun dewan gurunya adalah KH. Masyhuri
mengajar mata pelajaran (mapel) Fiqih, Hadis, tafsir dan tauhid; K. Chudlori
mengajar mapel Nahwu, Shorof; dan Ta’lim; K. Nur Syahid Mengajar Qowaidul
Lughoh; Badrus Salam mengajar mapel Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia;
dan Ibu Rufiati sendiri mengajar mapel Sejarah Indonesia, Ilmu Bumi, Didaktik
dan Metodik. Selain itu, lulusan Mualimat
diakui untuk mengajar jenjang Madrasah Ibtidaiyah di lingkup Madrasah Islamiyah
Senori.
Problem pada saat itu adalah belum ada satupun gedung
untuk kelas dan sepeserpun dana yang dipunyai Mualimat. Bahkan guru yang mengajar di sana tidak mendapat bisyaroh. Akhirnya, rumah K. Nur Salim
dipergunakan untuk kegiatan belajar mengajar dan untuk permasalah dana Ibu
Rufiati dan mbah Muslimah memutuskan
untuk berjalan-jalan dari Senori sampai ke Leran yang tak lain dan tak bukan
adalah untuk meminta sumbangan dari warga. Sumbangan se-ikhlasnya dari warga
kala itu berupa beras, terkadang mendapat 1 Tompo
(1,5 Kilogram) dan jika beruntung bisa sampai mendapat 3 Tompo (3 Kilogram), bahkan sesekali pernah
tidak mendapatkan beras.
Setelah K. Chudlori yang menjabat sebagai Kepala
Sekolah Mualimat wafat, kepemimpinan
diteruskan oleh KH. Moch. Muhjiddin Munawar (mbah mad), setelah itu diganti Bapak Abdul Rosyad, B. A.
Dilanjutkan lagi oleh Bapak Wahab.
Perjalanan Madrasah Mualimat berlangsung lama sampai sekitar 36 tahun, ditahun 1997
muncul inisiatif dari Pengurus Madrasah Islamiyah untuk mempersatukan seluruh
madrasah di dalam Madrasah Islamiyah dengan nama Yayasan Sunnatunnur dengan
alasan agar mudah terkoordinasi antar Madrasah. Perubahan ini juga berpengaruh
terhadap Madrasah Mualimat, nama Mualimat diganti dengan Madrasah
Tsanawiyah Islamiyah Banat.
Narasumber tulisan ini adalah nenekku sendiri, Hj. Rufiati binti KH. Masyhuri.
Saya juga alumni MTs. Islamiyah Banin (cowok) lulus tahun 2011