Salam hormat Pak Satpam yang
keren. Mengalahkan aktor Vino Bastian pemeran Kasino di Film Warkop Dki Reborn
yang akan rilis bulan September nanti.
Mungkin Pak
Satpam belum mengenal saya, perkenalkan saya adalah mahasiswa serabutan. Bukan
siapa-siapa kok, Pak. Sehingga ketika saya keluar kampus menggunakan sepeda
motor, bapak harus tetap mengecek STNK saya.
Oh iya, di
kampus ini, saya juga pernah keluar-masuk kampus tanpa STNK. Bukan bermaksud
sok mengekslusifkan diri, pak. Bukan juga bermaksud melanggar aturan. Tetapi
memang STNK saya kemarin sedang mencari jati dirinya (baca; hilang). Jadi saya
menggunakan surat keterangan kehilangan dari Polsek setempat. Tapi lupakan, itu
sudah lama, bulan April kemarin, Pak.
Pak Satpam
yang terkadang saya pernah terharu ketika melihat Bapak sedang duduk
beristirahat dengan topi menutup muka. Bapak pernah tahu tidak jumlah
mahasiswa yang keluar masuk kampus setiap harinya? Bukan saya berniat
memberi tebakan (pertanyaan) yang garing. Memang bukan tugas bapak juga
untuk mendata jumlah mahasiswa. Tapi apakah bapak tidak capek dan bosan?
Bapak setiap
pagi, dari waktu dedek-dedek
gemez berangkat menghadiri
kelas intensif bahasa, hingga jam petang ditutupnya gerbang (meski gerbang
tidak pernah ditutup) bapak selalu stay di jalan arus keluar-masuk kampus.
Meski terkadang bapak memindah-mindah letak tenda arus keluar kampus, tempat
pengecekan STNK. Ketika pagi hari di gerbang depan Sport Center. Ketika sore
arus keluarnya di gerbang utama. Mungkinkah hal itu untuk menghilangkan rasa
bosan bapak yang kerjanya selalu ngecek STNK para sivitas akademisi UINSA, Pak?
Pak Satpam
yang saya hormati, sering bukan lihat dedek-dedek
gemez yang sedang foto unyu
di depan Twin Tower? Tau tidak alasannya, kenapa suka sekali mereka foto di
sana? Bukan hanya karena gedung ini baru, menurut perpektif saya karena gedung
ini juga unik, makanya rame dibuat foto-foto, Pak. Kalau kata Manajer Proyek
Pembangunan Kampus, gedung ini ornamennya beda sama kampus-kampus lain.
Campuran antara ornamen khas dunia belahan timur sampai Jawa Timuran. Bapak
manajernya itu kalau saya tidak salah ingat Zaini namanya. Mungkin bapak kenal
atau pernah disapa saat keluar kampus UINSA. Iya sembari mengecek STNK
mahasiswa, Bapak menjawab sapaan beliau. Dan dengan santai beliau lewat.
Sebenarnya
saya tidak akan membahas itu secara panjang lebar. Selanjutnya saya akan
membahas tentang kamera pak. Kamera sekarang itu banyak modelnya, yang pasti
semakin canggih dan bikin wajah yang difoto menjadi berbeda sekian derajat
cakepnya. Jadi apa hubungannya dengan Bapak? Iya ada, Pak.
Bapak
mungkin jangan sekali-kali lagi meminjamkan kamera Bapak untuk dedek-dedek gemez yang mau berfoto ria.
"Loh, kapan? Saya tidak pernah, mereka sudah punya
kamera sendiri."
Pasti Bapak
dengan lantang layaknya seorang satpam akan menjawab seperti itu, santai pak
saya hanya memberi saran.
Bukan bermaksud
menuduh yang tidak-tidak pak. Tetapi saya sering lihat kabel kamera CCTV Anda
kok tidak tersambung dengan semestinya? Apakah mungkin habis dibawa dedek-dedek gemez karena fotonya kurang bagus
sehingga pinjam kamera Bapak? Terus Bapak lupa mencolokkan lagi ke sambungan
yang semestinya? Benarkah begitu itu?
Kalau Bapak
memang memiliki alasan karena ingin berbaik hati kepada mahasiswa, tidak
apa-apa sih. Tetapi jangan lupa mencolokan kembali seperti sediakala, Pak.
Kan itu hak para pengendara yang lewat situ pak. Selain dicek STNK-nya.
Pengendara juga berhak mendapatkan dokumentasi dari kamera CCTV Bapak. Anda
sendiri juga kan yang memberi tulisan semacam "Area CCTV, tolong buka
Helm, Slayer..." Itu artinya kami sebagai pengendara dipersilakan atau
diharuskan dijepret kamera CCTV sebelum lolos keluar? Bukan begitu, Pak? Kalau
CCTV hanya ada dengan kabel tidak terpasang dengan semestinya terus kegunaannya
apa ya, Pak?
Bukannya
membanding-bandingkan, saya mau sedikit cerita, Pak. Diawal Desember 2015 lalu
organisasi saya mengadakan acara Seminar Nasional, berhubung acaranya lumayan
besar sampai mendatangkan anaknya Amin Rais yang penulis itu loh, sehingga saya pada saat
itu ditugaskan untuk membantu mengirim surat undangan ke saudara-saudara Pers
Mahasiswa Se-Surabaya. Singkat cerita saya sampai di Kampus A (maaf saya tidak
sebutkan namanya). Di arus masuk kampus tersebut saya tidak disambut oleh Pak
Satpam yang menjaga. Para satpam hanya memantau dari posnya yang tidak jauh.
Saya di jalur masuk hanya dihadapkan dengan mesin tiket otomatis dengan
dilengkapi dengan CCTV. Sebelum saya bisa masuk, saya harus memencet tombol
agar palang masuk terbuka dan saya bisa mengambil tiketnya. Selain tombol masuk
di sana ada sensor Kartu Tanda Mahasiswa. Mungkin, mahasiswa di sana bisa masuk
tanpa tiket. Sehingga mereka hanya menyodorkan Kartu mereka dan masuk seperti
saya setelah mendapat tiket. Tapi sayangnya saya mendapatkan sedikit problem.
Tiket saya tidak keluar tapi palang mempersilakan saya masuk. Untuk kasus ini
saya jelaskan nanti. Saya kemudian memarkiran sepeda motor di kampus yang
berlabel swasta ini.
Setelah saya
masuk, saya menyelesaikan urusan saya. Menemui orang yang terkait. Memberikan
surat undangan dan beberapa penjelasan singkat. Kemudian saya berniat pulang.
Ternyata tidak seperti ketika masuk tadi. Ketika keluar saya dimintai tiket
oleh satpam. Saya kemudian menjelaskan jikalau tiket saya tidak keluar dari
mesinnya tadi. Kemudian Pak Satpam mengecek komputernya. Sebelumnya dilihat
plat saya dan ditanya sudah berapa lama saya masuk. kemudian dicocokan
dengan rekaman CCTV yang sudah tersimpan otomatis. Iya, terbukti kalau tiket
saya tidak keluar. Kemudian pak satpam lain mengecek mesin tiketnya. Kemudian
entah diapakan, tiket saya berhasil keluar. Singkat cerita saya akhirnya bisa
kembali melanjutkan pengiriman surat undangan ke kampus lain.
Begini loh Pak Satpam UINSA, apakah Anda
tidak ingin menggunakan sistem yang lebih efektif dan lebih fair(ehm). Seperti di atas
mungkin. Okelah, contoh di atas mungkin memang terdapat problem, yang intinya
harus ada pengecekan rutin untuk mesin otomatisnya. Tetapi intinya Anda tidak
capek-capek mengecek STNK, dan mahasiswa tidak usah lupa untuk membawa STNK sehingga
tidak bisa keluar kampus. Atau yang lebih ekstrim STNK sampai hilang. Ingat,
Pak. Rumah kami ada yang jauh ada yang dekat. Kami terkadang tidak bisa
mengambilnya di rumah. Meminta surat keterangan di fakultas? Kami pulang jam 4
ketika pihak Dekanat sudah pulang. Kami juga bukan para petinggi kampus yang
bisa langsung lewat. Jadi mungkin bisa Pak Satpam mengusulkan ke atasan Bapak
untuk keluar masuk kendaraan menggunakan sistem tiket dan kamera CCTV yang
memang "benar-benar" mekan(baca; nyala), Pak. Fair kan.
Hanya
sekadar saran, Pak. Intinya bapak yang lebih berpengalaman tentang keamanan.
Silakan disesuaikan dan se-World Class mungkin. Se-fair mungkin. Se-aman
mungkin. Menuju World Class University (WCU) harus diawali dengan hal-hal
sepele kan, Pak? Tetapi apakah masalah keamanan se-sepele itu? Tidak. Meski ada
beberapa mahasiswa prodi saya masih belum mengerti tentang WCU, dan saya masih
belum mengerti secara mendalam tentang konsepannya meski sudah baca buku UINSA
EMAS, namun saya sebagai mahasiswa UINSA mendukung penuh untuk itu, Pak.
Best regard.
_____________
Tulisan ini dibuat tidak untuk
memperburuk keadaan pun bukan untuk menyudutkan berbagai pihak. Hanya untuk
saling mengingatkan. Karena Salah dan Lupa adalah milik kita dan kebenaran
hanya milik penguasa, loh.
butuh sumber? source: http://beritajatim.com/pendidikan_kesehatan/265266/resmikan_twins_tower_rp_375_m,_calon_mahasiswa_uinsa_bertambah.html