Kamis, 18 Januari 2018

Review Film: The Greatest Showman Tak Ada yang Lebih Pantas Diperjuangkan daripada Keluarga

http://media.21cineplex.com

Jika sekarang banyak bertebaran judul tak sesuai dengan isi yang diwakilinya, mungkin judul film di atas merupakan pengecualian. Film ini meyakinkan kembali manusia post-modern tentang popularitas yang tak benar-benar selalu mnyaengarahkan manusia kepada kebahagiaan.

Setelah Phineas Taylor Barnum, P.T Barnum, Barnum aja, seorang anak tukang jahit dari orangtua tak punya, dipecat dari tempat ia kerja karena perusahaan pelayaran bangkrut, ia memutuskan memutar otak untuk tetap bisa membuat keluarga kecilnya tersenyum. Chariti kekasih, berasal dari kelas atas, yang berhasil ia nikahi, dan kedua anaknya yang totally membuat saya terharu ini secara diiam-diam membuat saya ingin cepat berkeluarga. Eh.

Barnum kemudian pulang: pergi ke balkon rumah menemui kedua anaknya yang sedang tertawa tulus bersama istrinya selagi berlatih menari. Begitulah, lelaki seharusnya, tetap tegar sekalipun badai menerjang. Setelah itu, Scene film menunjukan seolah Barnum lupa atas ulang tahun anaknya. Namun, tiba-tiba ia membuka koper dan membuat rangkaian lilin dengan ditutupi kaleng. Rangkaian tersebut menciptakan cahaya yang indah selagi kaleng berlubang di atas lilin diputar. Dengan sangat sederhana. Mereka semua tersenyum bahagia.

Tak mau disebut sebagai ayah yang tak bertanggung jawab, Barnum bermodalkan kertas (kalau tidak salah kertas itu bukti kepemilikan kapal perusahaan yang sebenarnya sudah tenggelam di Tiongkok) meminjam uang di bank untuk membuat sebuah arena sirkus. Berisi benda-benda yang tak begitu menarik perhatian, seperti patung lilin, pertujukan Marie Antoinette yang dipasung membikin sirkusnya sepi pengunjung. Seharian dibuka. Hanya ada tiga pembeli tiket: Chariti dan kedua anaknya. Di bagian ini kalian boleh mulai terharu.

Dramatisnya, ide untuk membikin sirkus Barnum menjadi lebih ramai dari kedua anaknya. Ayah harus membuat isi sirkus lebih hidup, simpelnya seperti itu kata anaknya sebelum mereka tidur.
Akhirnya, Barnum membuka rekruitmen orang-orang unik. Orang yang terasingkan dari lingkungannya. Meski terbilang tak mudah, karena ada orang-orang yang harus dibujuk, Barnum berhasil mengumpulkan orang-orang tersebut. Dari si Anjing, si Perempuan berkumis, si Tinggi, si Berat, si Cebol dkk. Mereka adalah orang-orang yang disembunyika oleh orang tuanya dari publik.
Orang-orang unik tersebut merasa bersyukur bisa bekerja bersama Barnum. Pantasnya bukan bekerja, namun orang-orang tersebut merasa bisa diakui oleh khalayak karena akhirnya dianggap ada.

Skip. Dan. Skip. Takut kelewatan dan bisa disebut Spoiler. Hehe.

Konflik akhirnya dimulai. Seorang penyanyi matoh Swedia bernama Jenny Lind dipertemukan dengan Barnum. Sepertinya Jenny memendam rasa dengannya. Barnum menghindar karena ingat keluarganya yang setia. Di tengah tur nyanyi bersama sirkus Barnum. Jenny memilih mundur, mungkin karena merasa cintanya tak terbalas. Dan. Jenny memberikan ciuman perpisahan di akhir penampilannya kepada Barnum. Kamera langsung jeprat-jepret. Selain itu Barnum juga mulai ditinggalkan anggota sirkus uniknya, karena mereka merasa dilupakan semenjak kedatangan Jenny Lind.

Sialnya lagi. Di koran pagi, kabar mundurnya Jenny Lind dari tur dibumbui dengan berita skandal yang dibuat-buat dan ditaburi micin foto ciuman mesrah Barnum dan Jenny kala itu. Sudah ditebak. Charity meninggalkannya.

Tapi, seperti kata Sapardi Djoko Damono dalam Hujan Bulan JuniBagaimana mungkin seseorang memiliki keinginan untuk mengurai kembali benang yang tak terkirakan jumlahnya dalam selembar sapu tangan yang telah ditenunnya sendiri.” Ea....

Memang tak ada niat buruk sedikitpun dari Barnum. Dan. Akhirnya keluarga kecil ini pun kembali. Begitu pun juga sirkus orang-orang unik. Barnum akhirnya tak ingin melanjutkan mengurus sirkus ia memilih keluarganya dan mengurus anak-anaknya.

“Seperti inikah yang kau inginkan?..” tutur Barnum kepada Charity yang sedang bersandar dipundak Barnum saat menonton si Kecil pentas balet.

Latar film The Greatest Showman berada pada abad 19-an, merupakan film biografi diambil dari kisah nyata. Film ini tergolong film drama musikal. Ada banyak sesi nyanyi-nyanyi. Dan sangat direkomendasikan untuk ditonton bareng keluarga saat liburan. Ada adegan kissing beberapa kali sehingga mohon perhatiannya bagi yang mengajak anak di bawah umur. Ckikiki.
Silakan kunjungi bioskop terdekat.

Terima kasih~








0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.